Jumat, 11 November 2011

Ukiran Kulit Kayu Khas Papua

Salah satu kerajinan khas dari Papua adalah kerajinan kulit kayu. Bukan sembarang ukiran yang diciptakan dari tangan para pengrajin. Beberapa ukiran kulit kayu memiliki makna yang mendalam. Sebut saja jenis ukiran Iuwga (Keagungan/kebesaran seorang Ondofolo Asei), dan Kheykha (lambang kecantikan wanita Sentani). Ukiran ini cukup mudah ditemukan di beberapa destinasi wisata tersebar di Papua terutama di Jayapura. Seperti di Pasar Kerajinan Tradisional Hamadi, Anda akan dengan mudah mendapatkan ukiran kulit kayu ini. Harganya pun sangat bervariasi, tergantung besar lukisan dan jenis ukiran/ gambarnya. Kisaran harga lukisan kulit kayu ini antara IDR 100.000 - 1.000.000. Jika Anda tertarik untuk melihat langsung  proses kerajinan kulit kayu ini, anda bisa datang langsung ke Kampung Asei Distrik Sentani Timur ±9 km dari Kota Sentani.












Sumber Gambar : http://fortuna-online.blogspot.com/http://indonesiaposting.blogspot.com/2010/05/goresan-ongge-di-kombou-velle.html

Selasa, 13 September 2011

Museum Papua

Terletak di Waena kota Jayapura, berjarak 12 km dari pusat kota Jayapura. Museum ini dikelola oleh Pemda Provinsi Papua dengan 3.619 koleksi yang terdiri dari benda-benda pra-sejarah, arkeologi, etnografi, seni rupa, numismatika*, sejarah, biologi, geologi, dan relief.
Museum Papua terdiri dari berberapa bangunan di antaranya dua bangunan yang berfungsi sebagai ruang pamer. Bangunan pertama sebagai ruang yang memamerkan benda-benda yang setiap 6 bulan sekali diganti. Bangunan kedua menyajikan benda benda koleksi yang secara regular dipamerkan seperti miniatur aneka rumah tradisional khas Papua dari masyarakat pantai hingga pegunungan, termasuk hewan endemik dalam bentuk asli yang diawetkan. Yang cukup menarik adalah lukisan wajah-wajah asli Papua yang ditempel di dinding. Jika dilihat sekilas semuanya mirip tetapi jika dilihat dengan seksama ternyata masing-masing mempunyai ciri khas tersendiri.
Museum ini buka setiap hari Selasa-Minggu, dan libur pada hari Senin.

Hari dan jam buka Museum Papua:
Selasa-Jumat pukul 08.00-16.00 wit
Sabtu 08.00-15.00 wit
Minggu 11.00-16.00 wit
*numismatika : telaah tentang pengumpulan mata uang atau tanda jasa (medali dsb), sumber http://www.artikata.com/arti-342476-numismatika.html

Sabtu, 10 September 2011

Pesona Pantai Bas-G Jayapura


Gambar 1. Panorama Pantai Base G dengan pasir putihnya
      Pantai ini memiliki pesona tersendiri dengan pasir putihnya. Pantai ini terletak di sebelah barat Jayapura, Papua. Pantai ini menghadap ke arah timur dan berhubungan langsung dengan lautan Pasifik. Tanjung Ria adalah nama asli pantai ini tetapi lebih dikenal dengan nama Pantai Base-G, sebab pada perang dunia II tahun 1944, pasukan tentara sekutu mendarat di pantai ini dan di jadikan basis militer dengan nama Base-G Camp. Maka tidak mengherankan jika di sekitar pantai sering ditemukan benda-benda peninggalan perang seperti tank, meriam, peluru, ranjau, dan sebagainya.Pantai ini terletak di distrik Jayapura utara. Pantai ini dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan, dengan jarak kurang lebih 10km dari kota jayapura. Waktu tempuh untuk menuju ke pantai ini kurang lebih 20 menit dari pusat kota Jayapura. 


Gambar 2. Indahnya Pantai Base G
    Pantai Base-G sangat cocok untuk menjadi tujuan wisata keluarga. Selain pasir putih dan pemandangan alamnya yang masih alami. Di sekitar pantai ini masih terdapat pepohonan yang rimbun, satu di antaranya keben, yakni tanaman berbentuk pohon dan berkayu lunak yang memiliki diameter sekitar 50 cm dengan ketinggian 4-16 meter. Bagi anda yang ingin bersantai dan berteduh, banyak pondokan kecil atau gazebo di sepanjang pantai. Pondokan ini disediakan oleh masyarakat setempat,  bukan oleh Pemkot sebagai pengelola pantai. Karena itu anda harus menyiapkan uang ekstra untuk menyewa pondokan tersebut sebesar 50.000,-(per-gazebo).
Gambar 3. Suasana Pengunjung yang Sedang Santai di Tepi Pantai Base G
      Terlepas dari indahnya pantai ini, yang perlu diperhatikan adalah adanya pungutan liar yang dilakukan warga setempat baik pungutan parkir kendaraan pribadi (motor atau mobil) yang jumlahnya kadang terlalu besar. Hal ini disebabkan karena warga setempat masih merasa bahwa pantai ini merupakan tanah adat (tanah ulayat) , sehingga menurut mereka, hanya masyarakat setempatlah yang berhak mengelola.Tentu saja hal ini butuh perhatian khusus dari pemerintah setempat untuk menertibkan masalah retribusi baik retribusi masuk kawasan pantai, maupun retribusi kendaraan. Sehingga wisatawan atau pengunjung merasa aman dan nyaman berwisata di pantai yang indah ini.


Sumber Gambar:
Gambar 1. http://www.panoramio.com, fotografer : Edwin Yepese
Gambar 2. www.khatulistiwa.brantah.com
Gambar 3. www.loligopapua.wordpress.com

Rabu, 07 September 2011

Danau Sentani (Sentani Lake)



 Jayapura Papua mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung. Banyak pilihan yang bisa anda kunjungi, ada wisata bahari yang mempersembahkan taman laut yang mempesona, wisata budaya, sejarah dan terlebih wisata fauna dan flora yang mungkin tidak bisa anda temui ditempat lain.

Semua tempat wisata yang mengagumkan ini masih sangat alami. Dengan peradaban masyarakat pedalaman yang masih primitive, menjadikan Papua sebagai sebuah tempat yang sangat menarik perhatian para wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Kota JayaPura yang dulu dikenal dengan nama Hollandia terdapat sebuah museum yang menyediakan berbagai informasi budaya di Papua seperti ukiran dari berbagai kabupaten, alat perang, tenunan dan tarian adat, serta berbagai ritus dan peninggalan purbakala
(www.jayapurakota.go.id)

Di Sentani juga terdapat tugu Jendral Douglas Mc Arthur peninggalan Perang Dunia II. Di sebelah utara monument Mc Arthur, pada ketinggian 325 meter terdapat dataran pegunungan Cyclop dengan puncak Gunung Dofonsoro. Daerah ini sangat indah dan dahulu kala tempat ini merupakan pangkalan pertahanan Mc Arthur.
Danau Sentani merupakan danau kedua terbesar di Provinsi JayaPura. Lokasi bersejarah ini, menawarkan scenery yang luar biasa.Masih adanya beberapa Bangau dan Elang yang akan menyambar seekor ikan di Danau Sentani. Wisatawan pun disediakan sebuah perahu Johnson saat mengelilingi danau tersebut.

Cukup menarik bukan?, jika tertarik, silahkan saja memasukkan alternative berwisata di Jayapura dalam agenda liburan wisata kedepan.

source: disajikan dari berbagai sumber

TABLANUSU VILLAGE, Depapre-Papua


sumber gambar : http://hometownjayapura.blogspot.com
     TABLANUSU village being the costal village in Depapre Distric, Jayapura Regency has a very beautiful natural spell. The village has a 'black natural rock' making it superior to any other villages in Papua. Tablanusu originates from words "tepuonusu" meaning Tepera being the name of ethnic group and Onusu meaning the sunset. besid ethe black natural rock, Tablanusu also has 2 unoccupied small island. they say the islands emerged due to tsunami. Orchid plants being the specialty of papua grow on the islands.
sumber gambar : www.ediginting.com
     In the afternoon, all kinds of birds gather on the island being the extraordinary natural scenery of the Almighty God. The costal spread around Tablanusu village is like a small bay so that as far as the eye can see, one can enjoy the bauty of the village and mpuntains overgrown with high trees like a jungle surrounding the village with thousands of species of florra and fauna.Tablanusu village extending to 235,5 hectares has the population of 402 peoples consisting of 230 men and 172 eomen in 10 ethnic groups: Sumilena and Danya.
Tablanusu village is only 45 km from Sentani airport and can be reashed by land for 30 minutes to Depapre and by boat (Jhonson) for 10 minutes by passing through a historical place namely a harbour where the American allied army landed during the World War II. The place is also one of the historical proofs making Tablanusu Village a highly potential area to become a "Tourism Village".
      In the beginning, Tablanusu villagers resided at Kewayo village but the village was disappeared due to tsunami and the villagers moved to Bitiayo village. In 1880, Bitiayo village become the basis of the Chinese Bird treaders and hunters and in 1885, some of the Tablanusu villagers left to Ambon and java Island due to the influence of the incomesrs.
      The arrival of Tablanusu villagers back to Tablanusu village reformed the existing Tablanusu villagers. On November 26, 1991, a priest from Ambon called Amo Pasal Besi christnianised Tablanusu villagers. At the end of World War II on May 15, 1945, Tablanusu villagers moved to Separi Boru and reside there to date. 

related articles :
Pantai Tablanusu yang Eksotikhttp://www.ediginting.com/2010/06/jam-baru-menunjukkan-pukul-delapan-pagi.html
Some Photos Beach Tablanusuhttp://hometownjayapura.blogspot.com/2011/02/some-photos-beach-tablanusu.html?showComment=1315370732846#c2568046351173343642

Selasa, 16 Agustus 2011

Festival Lembah Baliem

Salah satu atraksi budaya yang menjadi daya tarik tanah Papua, adalah budaya masyarakat setempat. Beberapa desa masih sangat kental budaya dan tradisinya, mulai dari kegiatan sehari-hari, pakaian, bahasa, hingga berbagai ritual. Seperti di Distrik Wamena, Kabupaten Jayawijaya, tepatnya di Lembah Baliem, terdapat beberapa suku yang kebudayaan dan tradisinya masih kental sehingga menarik minat wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk datang. Suku tersebut diantaranya Suku Dani, suku Lani dan suku Yali.

sumber gambar : http://id.berita.yahoo.com/foto/perayaan-di-papua-1313402867-slideshow/
Baliem merupakan lembah hijau yang panjang dan indah di seberang perbukitan di Papua Nugini. Karena pemandangannya yang indah dan keragaman suku serta budaya tradisi yang kental, maka pemerintah setempat mempromosikannya melalui Festival Lembah Baliem. Festival Lembah Baliem pertama kali digelar pada tahun 1989. Sebelum adanya festival ini, masyarakat di sekitar Lembah Baliem, yang terdiri dari Suku Dani, Suku Lani, dan Suku Yali, masih sering melakukan perang antarsuku. Bagi mereka, selain sudah menjadi tradisi turun temurun, perang juga memiliki makna yang dalam. Perang bukan sekadar ajang adu kekuatan antarsuku, namun juga merupakan lambang kesuburan dan kesejahteraan. Menurut kepercayaan mereka, jika tidak dilakukan perang, jangan harap panen dan ternak babi akan berhasil. (http://wisatapapua.wordpress.com) 


Pada festival ini, disuguhkan kesenian yang mengagumkan dan pertunjukan kebudayaan, termasuk tarian khas Papua serta pertunjukan musik tradisional Papua, dan masih banyak lagi. Selain itu juga terdapat pertunjukan simulasi perang suku yang dilakukan sebagai upaya menjaga dan memelihara kegesitan dan kesiapan dari tiap suku untuk melindungi desa mereka dari ancaman. 

Meriahnya Festival Lembah Baliem ini, tentu saja mendapat apresiasi dari berbagai pihak, terutama dari wisatawan mancanegara. Apresiasi ini ditunjukkan dengan adanya Ada pula kompetisi Sege, kompetisi memanah, yang dikhususkan bagi para pengunjung asing sebagai penghormatan atas apreasiasi kehadiran mereka dalam festival. Banyaknya atraksi yang dipersembahkan mengharuskan panitia menyiapkan sebuah arena yang cukup luas karena akan dipadati dengan 500 hingga 1000 prajurit dan penari.

sumber gambar : http://wisatapapua.wordpress.com/wisata-provinsi-papua/festival-lembah-baliem/
Festival yang diselenggarakan oleh pemerintah Jayawijaya ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mempertahankan nilai dan kebudayaan dari suku tradisional di lembah Baliem.  Semoga dengan adanya Festival Lembah Baliem ini, menarik minat wisatawan mancanegara untuk datang, sehingga masyarakat setempat juga mendapatkan kontribusi positif bagi perekonomian mereka melalui pariwisata.



Sabtu, 06 Agustus 2011

"Jelajah Papua" dengan Paket Wisata Jadi Tawaran Menarik

Ingin menjelajah keindahan alam Papua? atau ingin melihat tradisi dan kehidupan masyarakat pedalaman Papua? Saat ini sudah banyak paket wisata yang ditawarkan bagi wisatawan yang ingin berkunjung dan melakukan perjalanan wisata ke Papua. 


Hanya ingin melihat keindahan alam saja, tersedia paket wisata dengan ragak destinasi alam seperti Pantai, Teluk, Danau Sentani,  dan masih banyak destinasi alam yang benar-benar masih alami/ nature. Bagi penikmat sensasi adrenalin dan berpetualang, juga tersedia paket wisata dengan destinasi pilihan seperti jelajah hutan, hiking, diving, yang tentunya menjadi pengalaman yang mengesankan. Tidak perlu khawatir, bagi para ilmuwan maupun pecinta sejarah dan budaya, Papua menjadi pilihan yang tepat karna banyak destinasi yang menawarkan experience memukau tentang budaya masyarakat Papua, Suku Dani di Lembah Baliem dengan tradisi dan kehidupannya, ada Suku Sentani yang tinggal di Danau Sentani, ada juga peninggalan sejarah seperti Tugu Mc Arthur, Taman Imbi yang di dalamnya ada Museum Yos Sudarso, berbagai museum lain, hingga Mummy tua yang ada di Wamena... Pasti akan jadi pengalaman menarik...


Selain destinasi wisata alam ,budaya, sejarah, dan minat khusus, juga terdapat beberapa festival yang diselenggarakan seperti Festiva tahunan Danau Sentani, Festival Humbolt/ Port Numbay, Pertunjukan tarian daerah, Perhelatan Pernikahan Adat, Tradisi memasak babi di atas batu api yang dipanaskan, dan masih banyak lagi atraksi menarik yang bisa menjadi pilihan.
Beberapa biro perjalanan telah membantu wisatawan dalam menentukan rute dan pilihan destinasi di Papua dengan memberi pilihan paket wisata. Sebut saja paket wisata FDS (Festival Danau Sentani) yang tahun lalu mulai di luncurkan oleh Asita Papua. Dengan paket wisata ini tentu saja selain mempermudah wisatawan dalam mengatur perjalanannya, juga sebagai bentuk promosi wisata bagi Papua dan destinasi wisata agar lebih dikenal masyarakat dan mendunia. Keaslian dan ke-khasan yang dimiliki oleh pariwisata Papua, menjadi satu potensi yang bisa mensejahterakan masyarakat Papua melalui pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat.

Sumber Gambar : 
http://www.adicita.com/infoterkini/detail/id/279/Manfaat-Festival-Danau-Sentani-Bagi-Masyarakat-Papua-

Kamis, 27 Januari 2011

Baliem Valley - Papua

 

Baliem Valley is one of the leading destinations in Papua. Baliem Valley is located in the capital, Wamena, Jayawijaya District has an area of 77.764.122Ha lies between 30.20 - 50.20 'latitude and 1370.19' till 141BT, Baliem topography consists of flat lands and mountains. In addition, the air in this area quite cool and sometimes cold, because the valley is situated at an altitude of 2500mdpl. To achieve Baliem Valley, we have to fly from Jayapura by commercial aircraft.
Destinations is a leading destination for other than its natural scenery and tourist potential, in this Baliem there are many tribes with traditional still life, such as the Dani tribe, tribal Yalli and Hughulla. Dani tribe inhabit most of this Baliem Valley area. The character is still very tradisioinal Dani tribe, even most of them still wear traditional clothes with penis sheath (koteka) or sali. People in this Baliem Valley has a culture war between tribes that are now brought from ancestral and cultural attractions appointed war that became a favorite attraction of tourists, especially foreign tourists. 


Upon arrival at Wamena, usually we will be overrun by Porter, guides, and souvenir vendors. It is better if we are careful in choosing the Guide, and define/agree on the rules at the beginning. Like how much should we give tariff, whichever destination we will visit, and of course we have to make sure we select the right guide who understand this area. For if not, it will be making our own future. Because the local culture is very hard. 





Kamis, 20 Januari 2011

Komoros Culture - Papua

Komoro is one of the tribes who inhabited the southern coast of Papua, precisely located in East Mimika District and West Mimika, Kabupaten Mimika. This tribe also has a famous sculpture that will motive but different from the Asmat sculpture. This tribe has a traditional dance usually displayed at the Cultural Festival-Kakuru Komoro.

Cultural Festival Komoros, Komoros Traditional Dance, and Traditional Houses of Komoros
from various sources

Because of the location which is part of the Mimika district, making this area into a strategic area for tourism development. This is supported by a well located adjacent to the Asmat, Boven Digul, MAPI, and Merauke.

Location of Komoros in Mimika Tribe of East and West Mimika, Mimika District, Papua